Pengertian dan Jenis Kejang Otot
Kejang otot, juga dikenal sebagai kram otot atau "charley horse," adalah kontraksi otot yang tiba-tiba, tidak disengaja, dan seringkali menyakitkan, dimana otot tidak dapat rileks.
Kejang ini dapat melibatkan sebagian atau seluruh otot, atau bahkan sekelompok otot. Meskipun umum, penyebab pastinya seringkali tidak jelas.
Lokasi umum kejang meliputi paha, betis, tangan, lengan, perut, tulang rusuk, dan lengkungan kaki1.
Kejang Kelopak Mata (Myokymia): Ini adalah kejang acak pada kelopak mata atas atau bawah yang umumnya tidak berbahaya dan cepat hilang, meskipun bisa kambuh1.
Kram Otot Terkait Olahraga: Ini adalah kondisi paling sering yang membutuhkan intervensi medis/terapi selama olahraga2.
Kram Kaki Nokturnal: Penyebab spesifik kram kaki di malam hari meliputi duduk terlalu lama, otot terlalu sering digunakan, berdiri atau bekerja di lantai beton, dan posisi duduk yang tidak tepat3.
Gejala Kejang Otot
Gejala kejang otot bervariasi dari ringan hingga berat. Dalam kasus ringan, otot mungkin terasa seperti melompat-lompat dengan sendirinya, dan terkadang bisa terlihat berkedut. Dalam kasus yang parah, seluruh otot bisa terasa kaku menjadi benjolan yang keras/padat/tegang, sering terjadi pada kram kaki. Jika kram sangat menyakitkan, ketidaknyamanan yang tersisa bisa bertahan selama satu atau dua hari3.
Tidak semua kejang otot terasa sakit. Sensasi bisa berupa kedutan ringan atau kram yang menyakitkan4.
Durasi kejang biasanya dari beberapa detik hingga 15 menit atau lebih, dan dapat berulang3.
Penyebab Umum Kejang Otot
Beberapa penyebab umum kejang otot meliputi:
Stres dan Kecemasan: Stres dapat menyebabkan ketegangan dan nyeri pada otot, serta memicu kedutan otot, terutama di wajah1,4.
Dehidrasi dan Ketidakseimbangan Elektrolit: Kekurangan cairan dan ketidakseimbangan garam serta mineral penting seperti kalium, magnesium, dan kalsium dapat memicu kejang3.
Kelelahan Otot dan Kurang Tidur: Otot yang lelah atau terlalu sering digunakan lebih rentan terhadap kejang. Kurang tidur juga bisa menjadi pemicu1.
Kurang Latihan/Tidak Bugar: Otot yang tidak cukup dilatih lebih mungkin merasa lelah dan kram1.
Asupan Kafein Berlebihan: Konsumsi kafein yang berlebihan, dan juga obat stimulan lain seperti amfetamin, dapat memicu kedutan otot1.
Obat-obatan: Beberapa obat dapat menyebabkan kejang otot, seperti diuretik (pil air) yang dapat menurunkan kadar kalium, antidepresan tertentu, dan obat-obatan epilepsi atau psikosis1.
Serotonin Syndrome: Kondisi serius ini dapat terjadi jika ada penumpukan berlebihan zat kimia otak serotonin akibat obat-obatan, yang dapat menyebabkan otot berkedut, seringkali disertai demam tinggi dan gejala lain1.
Perbedaan Nyeri Otot dan Nyeri Kulit
Nyeri otot berbeda secara signifikan dari nyeri pada kulit atau organ dalam. Perbedaan ini mencakup mekanisme yang mendasarinya dan beberapa fitur subjektif.
Nyeri Otot | Nyeri Kutaneus | |
Stimulasi Saraf | Hanya memicu satu nyeri | Memicu nyeri pertama dan nyeri kedua |
Lokasisasi | Sulit dilokasisasi | Terlokalisasi dengan baik |
Kualitas | Merobek, kram, menekan | Menusuk, membakar, memotong |
Kecenderungan berupa nyeri rujukan | Kecenderungan tinggi untuk nyeri rujukan | Tidak ada kecenderungan nyeri rujukan |
Aspek afektif | Sulit ditoleransi | Lebih mudah ditoleransi |
Sumber : Muscle Pain :Mechanisms and Clinical Significance5
Nyeri otot dihasilkan dari aktivasi reseptor khusus yang disebut nosiseptor. Nosiseptor adalah ujung saraf bebas yang tersambung ke sistem saraf pusat (SSP) dan mendeteksi rangsangan yang berpotensi merusak jaringan dan terasa menyakitkan5.
Mekanisme Nyeri Otot
Dua zat kimia pengaktif sangat penting untuk timbulnya nyeri otot: adenosin trifosfat (ATP) dan proton (ion H+)5.
ATP: Ditemukan di semua sel tubuh dan dilepaskan "setiap kali jaringan tubuh jenis apa pun terluka." ATP mengaktifkan nosiseptor otot dengan berikatan dengan molekul reseptor P2X35.
Proton (pH rendah): Larutan yang sedikit asam (pH 6 hingga 5) juga merupakan pengaktif nosiseptor otot yang efektif. Penurunan pH kemungkinan adalah salah satu pengaktif utama nosiseptor perifer, karena banyak gangguan otot yang menyakitkan terkait dengan pH rendah dalam jaringan otot5.
Faktor Pertumbuhan Saraf (NGF): NGF disintesis dalam otot dan mengaktifkan nosiseptor otot. Sintesis NGF meningkat saat otot meradang5.
Iskemia Otot: Alasan utama mengapa nyeri timbul pada kejang otot adalah iskemia otot, yang menyebabkan penurunan pH dan pelepasan zat penyebab nyeri seperti bradikinin, ATP, dan H+5.
Kondisi Medis yang Lebih Serius
Meskipun sebagian besar kejang otot tidak perlu dikhawatirkan, dalam beberapa kasus, kram otot bisa menjadi indikasi kondisi neurologis yang mendasari atau masalah kesehatan lainnya. Jika kejang kronis disertai gejala lain seperti nyeri, kelemahan otot, atau koordinasi yang buruk, perlu berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan3.
Kondisi yang mungkin diindikasikan oleh kejang atau kedutan otot:
Bell's Palsy, Multiple Sclerosis (MS), dan Tourette's Syndrome: Dalam kasus yang jarang, kedutan mata bisa menjadi tanda gangguan otak atau saraf ini, tetapi kondisi ini juga akan menyebabkan gejala lain1.
Penyakit Ginjal: Jika ginjal kehilangan sebagian besar kemampuannya untuk bekerja, kram otot mungkin muncul bersama gejala lain1.
Penyakit Lou Gehrig (ALS): Kedutan otot di tangan dan kaki bisa menjadi salah satu gejala awal ALS, karena saraf yang mengirim pesan dari otak dan sumsum tulang belakang ke otot berhenti bekerja1.
Saraf Tulang Belakang Terjepit: Jika cakram antara tulang belakang bergeser atau pecah dan bergerak, menjepit saraf tulang belakang, perubahan pada otot yang dikendalikan saraf tersebut mungkin terasa1.
Neuropati: Kerusakan sel saraf dapat mengubah cara mereka berkomunikasi, menyebabkan kedutan dan kejang sebagai tanda peringatan. Diabetes adalah penyebab utama neuropati1.
Isaacs' Syndrome (Neuromyotonia): Kondisi langka ini menyebabkan saraf terus mengirim sinyal yang membuat otot bergerak meskipun otak atau sumsum tulang belakang tidak memerintahkannya, menyebabkan kedutan, kram, dan kekakuan otot, bahkan saat tidur atau di bawah anestesi umum1.
Anti-Myelin-Associated Glycoprotein Antibody (Anti-MAG) Neuropathy: Sekitar 60% pasien mengalami kram, terutama pada tungkai bawah2.
Diabetes: Kram pada penderita diabetes terkait dengan neuropati dan hipereksitabilitas saraf perifer. Nefropati dan perubahan vaskularisasi perifer juga dapat berkontribusi2.
Sindrom Nyeri Myofasial (MTrPs): Ditandai dengan adanya titik pemicu myofasial (taut band) dan nyeri terkait. Nyeri yang berasal dari titik pemicu ini dapat dirujuk ke area lain, seringkali menyebabkan pasien salah melokalisasi nyeri mereka5,6.
MTrPs dianggap disebabkan oleh lesi otot yang merusak neuromuscular endplate, menyebabkan pelepasan asetilkolin berlebihan dan "ikatan kontraksi" yang menekan kapiler, menyebabkan iskemia lokal dan pelepasan zat yang mensensitisasi nosiseptor5.
Pemeriksaan MTrPs melibatkan palpasi otot tegak lurus dengan arah serat otot6.
Terapi injeksi ke titik pemicu, termasuk saline normal, dapat efektif dengan mengencerkan zat pemicu5.
Faktor-faktor yang memperburuk MTrPs termasuk kelengkungan tulang belakang, ketidaksamaan panjang tungkai, hipermobilitas sendi, hipertrofi otot, trauma mikro berulang, radikulopati spondilotik, hipotiroidisme, kekurangan zat besi, vitamin D, vitamin C, B12, stres, kecemasan, penyakit menular, penyakit rematik, dan penggunaan statin6.
Diagnosis dan Evaluasi
Penyedia layanan kesehatan akan meninjau riwayat kesehatan dan pengobatan pasien, serta menanyakan pertanyaan tentang nyeri, durasi, sensasi, dan kapan kejang dimulai3.
Elektromiografi (EMG): Merupakan pemeriksaan paling sederhana untuk membedakan kram fisiologis dari kram patologis2.
MRI atau CT Scan: Tes lebih rinci untuk mengidentifikasi lesi neurologis2.
Tes Darah: Dapat dilakukan untuk mencari mioglobinuria atau hiperkalemia2.
Biopsi Otot: Dapat dilakukan untuk menyoroti perubahan seluler seperti atrofi atau perubahan fenotip2.
Pencitraan USG: Digunakan untuk menganalisis ketebalan dan konsistensi nodul otot (titik pemicu) dan pergeseran berbagai lapisan jaringan6.
Mikrodialisis: Mengukur mediator inflamasi di titik pemicu6.
Termografi Inframerah: Menilai suhu kulit di area titik pemicu6 .
Penanganan dan Pencegahan
Tidak ada obat atau suntikan yang langsung menghilangkan kejang otot, tetapi beberapa tindakan dapat membantu:
Peregangan: Meregangkan area yang terkena3.
Pijat: Memijat area yang terkena dengan tangan atau alat pijat3.
Gerakan: Berdiri dan berjalan-jalan3.
Kompres: Menggunakan kompres panas atau dingin3.
Obat Pereda Nyeri OTC: Minum ibuprofen atau asetaminofen3.
Relaksan Otot: Untuk kejang parah atau sering, penyedia layanan kesehatan dapat meresepkan relaksan otot, meskipun ini bisa menyebabkan kantuk, pusing, dan mual3.
Perubahan Gaya Hidup: Membangun otot melalui latihan kekuatan setidaknya dua kali seminggu1.
Teknik Relaksasi: Meditasi atau pijat dapat membantu mengatasi ketegangan otot akibat stres1.
Kapan Harus Mencari Bantuan Medis
Segera Hubungi Dokter: Jika kejang sangat menyakitkan, sering terjadi, atau berlangsung lama. Juga, jika muncul nyeri signifikan, pembengkakan atau mati rasa pada kaki, perubahan kulit, atau kram kaki yang membangunkan di malam hari3.
Pergi ke UGD/Panggil 911: Jika mengalami nyeri yang tak tertahankan, kram otot di seluruh tubuh, atau kejang yang dimulai setelah menyentuh zat beracun3.
Konsep yang Berubah Mengenai Nyeri Otot
Pemahaman ilmiah tentang nyeri telah berubah; "nyeri" bukan lagi entitas tunggal, melainkan ada berbagai jenis nyeri yang timbul melalui mekanisme berbeda dan harus ditangani dengan cara yang berbeda pula. "Tidak bisa hanya berasumsi bahwa mekanisme nyeri kulit juga berlaku untuk nyeri otot"5.
Sentral Sensitisasi: Impuls saraf yang masuk dari nosiseptor otot ke sumsum tulang belakang meningkatkan eksitabilitas neuron kornu posterior lebih besar daripada dari nosiseptor kulit. Aktivasi nosiseptor otot yang persisten dapat menyebabkan hipereksitabilitas neuron sensorik tulang belakang5.
Nyeri Referal: Nyeri yang timbul pada otot lebih mungkin menjadi nyeri referal dibandingkan nyeri yang timbul pada kulit5.
Konsep Lingkaran Setan: Konsep "lingkaran setan" nyeri otot – nyeri otot menyebabkan kejang, yang menyebabkan lebih banyak nyeri – sekarang dianggap usang. Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa nyeri otot menurunkan eksitabilitas neuron motorik alfa yang menginervasi otot yang nyeri ("model adaptasi nyeri")5.
Sistem Modulasi Nyeri yang Disfungsi: Sistem penekan nyeri yang menurun yang biasanya meredam aktivitas neuron saluran spinotalamus dapat menjadi penyebab nyeri otot kronis. Sistem ini menggunakan opioid endogen, serotonin, dan noradrenalin sebagai neurotransmitter. Disfungsi sistem ini diharapkan terutama menyebabkan nyeri otot5.
Referensi
Bunvissuto, D. (2024, 09 Maret) Causes of Muscle Twitches and Spasms. WebMD. Diakses pada 30 Juni 2025. https://www.webmd.com/brain/ss/slideshow-twitches-spasms-causes
Bordoni, B; Sugumar, K; Varacallo, MA. (2023, 4 Agustus). Muscle Cramps. StatPearl-NCBI. Diakses pada 30 Juni 2025. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499895/
Muscle Spasms (Muscle Cramps). Cleveland Clinic. Diakses pada 30 Juni 2025. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/muscle-spasms-muscle-cramps
Barrell, A. (2024, 26 Jan). Why do Muscle Spasms (Muscle Cramps or Twitch) Happen? Medical News Today. Diakses pada 30 Juni 30. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/muscle-spasms-muscle-cramps
Mense, S. (2008 Maret 21). Muscle Pain: Mechanisms and Clinical Significance. NCBI - Dtsch Arztebl Int. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2696782/
Bordoni, B; Sugumar, K; Varacallo, MA. (2023, 4 Agustus). Myofascial Pain. StatPearls-NCBI. Diakses pada 30 Juni 2025. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535344/