Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS): Mekanisme Kerja, Aplikasi Fisioterapi, Manfaat, dan Pertimbangan Klinis

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah modalitas elektroterapi yang umum digunakan dalam fisioterapi untuk manajemen nyeri dan kondisi neuromuskuloskeletal lainnya. Metode ini melibatkan pengiriman arus listrik kecil melalui kulit melalui elektroda yang ditempatkan pada atau di sekitar area yang sakit. Meskipun telah digunakan secara luas selama beberapa dekade, mekanisme kerja TENS yang tepat masih menjadi subjek penelitian yang berkelanjutan.

Terdapat dua teori utama yang menjelaskan efek analgesik TENS: teori gerbang nyeri (gate control theory) dan pelepasan opioid endogen.
  1. Teori Gerbang Nyeri (Gate Control Theory) Teori gerbang nyeri, yang dikemukakan oleh Melzack dan Wall pada tahun 1965, menyatakan bahwa sensasi nyeri dimodulasi pada tingkat tulang belakang. Serabut saraf aferen besar (A-beta) yang menghantarkan sentuhan dan tekanan non-nosiseptif dapat menghambat transmisi sinyal nyeri dari serabut saraf aferen kecil (A-delta dan C) yang membawa informasi nosiseptif (nyeri) ke otak. Dalam konteks TENS, stimulasi listrik dengan frekuensi tinggi dan intensitas rendah diyakini mengaktifkan serabut A-beta. Aktivasi serabut ini kemudian mengaktifkan interneuron penghambat di substantia gelatinosa (lamina II) kornu dorsalis medula spinalis. Interneuron ini melepaskan neurotransmiter penghambat, seperti asam gamma-aminobutirat (GABA) dan glisin, yang mengurangi aktivitas neuron proyeksi yang mengirimkan sinyal nyeri ke pusat nyeri yang lebih tinggi di otak. Dengan kata lain, input non-nosiseptif dari stimulasi TENS "menutup gerbang" nyeri di tulang belakang, sehingga mengurangi persepsi nyeri
  2. Pelepasan Opioid Endogen Teori kedua yang menjelaskan efek analgesik TENS melibatkan pelepasan opioid endogen, seperti beta-endorfin dan enkefalin, di sistem saraf pusat. Stimulasi listrik dengan frekuensi rendah dan intensitas yang lebih tinggi diyakini lebih efektif dalam mengaktifkan mekanisme ini. Stimulasi frekuensi rendah dapat mengaktifkan serabut A-delta, yang kemudian merangsang hipotalamus dan kelenjar pituitari untuk melepaskan opioid endogen ke dalam aliran darah dan cairan serebrospinal. Opioid ini berikatan dengan reseptor opioid di berbagai tingkat sistem saraf, termasuk tulang belakang dan otak, menghasilkan efek analgesik dan perasaan nyaman. Efek ini mirip dengan efek obat-obatan opioid, tetapi diproduksi secara alami oleh tubuh.

Hubungan TENS dengan Tujuan Terapi dalam Fisioterapi

Dalam fisioterapi, TENS digunakan sebagai modalitas tambahan untuk mencapai berbagai tujuan terapi, terutama yang berkaitan dengan manajemen nyeri dan pemulihan fungsi. Beberapa tujuan terapi utama di mana TENS dapat berperan meliputi:
  • Mengurangi Nyeri: Ini adalah indikasi utama penggunaan TENS. TENS dapat membantu mengurangi berbagai jenis nyeri, termasuk nyeri muskuloskeletal akut dan kronis, nyeri neuropatik, nyeri pasca operasi, dan nyeri yang berhubungan dengan kondisi seperti osteoarthritis dan fibromyalgia. Mekanisme gerbang nyeri dan pelepasan opioid endogen berkontribusi pada efek pengurangan nyeri ini.
  • Meningkatkan Toleransi Nyeri: Selain mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan, TENS juga dapat membantu meningkatkan ambang nyeri seseorang, sehingga mereka dapat mentolerir tingkat stimulasi atau aktivitas yang sebelumnya menyakitkan.
  • Memfasilitasi Gerakan dan Fungsi: Dengan mengurangi nyeri, TENS secara tidak langsung dapat memfasilitasi gerakan dan partisipasi dalam latihan rehabilitasi. Pasien mungkin merasa lebih nyaman untuk bergerak dan melakukan latihan yang diperlukan untuk memulihkan kekuatan, fleksibilitas, dan fungsi.
  • Mengurangi Spasme Otot: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa TENS dapat membantu mengurangi spasme otot melalui mekanisme penghambatan saraf motorik atau pengurangan nyeri yang memicu spasme.
  • Meningkatkan Sirkulasi Lokal: Stimulasi listrik dapat menyebabkan vasodilatasi lokal, yang berpotensi meningkatkan aliran darah ke area yang diobati. Peningkatan sirkulasi dapat membantu dalam penyembuhan jaringan dan mengurangi peradangan.

Manfaat TENS

TENS menawarkan beberapa manfaat signifikan sebagai modalitas terapi dalam fisioterapi:
  • Non-invasif: TENS adalah teknik non-invasif yang tidak memerlukan pembedahan atau injeksi. Elektroda hanya ditempelkan pada kulit.
  • Aman dengan Efek Samping Minimal: Jika digunakan dengan benar, TENS umumnya dianggap aman dengan efek samping yang minimal. Efek samping yang paling umum adalah iritasi kulit ringan di tempat penempelan elektroda.
  • Dapat Digunakan di Rumah: Unit TENS portabel tersedia dan dapat digunakan oleh pasien di rumah di bawah bimbingan terapis. Ini memberikan fleksibilitas dan memungkinkan manajemen nyeri berkelanjutan.
  • Dapat dikombinasikan dengan terapi lain: TENS dapat digunakan sebagai bagian dari program rehabilitasi yang lebih komprehensif, bersama dengan latihan, terapi manual, dan modalitas lain.
  • Potensi Mengurangi Kebutuhan Obat-obatan: Dalam beberapa kasus, TENS dapat membantu mengurangi kebutuhan pasien akan obat pereda nyeri, termasuk opioid, yang memiliki potensi efek samping yang signifikan.
  • Personalisasi Pengobatan: Parameter stimulasi TENS (frekuensi, intensitas, durasi pulsa, mode stimulasi) dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan respons individu pasien.

Sisi Negatif dan Pertimbangan Klinis TENS terhadap Kondisi Tertentu

Meskipun TENS umumnya aman, terdapat beberapa sisi negatif dan pertimbangan klinis yang perlu diperhatikan:
  • Tidak Menyembuhkan Penyebab Mendasar: TENS adalah modalitas simptomatik yang terutama berfokus pada pengurangan nyeri. Ini tidak mengatasi penyebab mendasar dari kondisi yang mendasari. Oleh karena itu, TENS idealnya digunakan sebagai bagian dari rencana perawatan yang lebih komprehensif yang menangani akar masalah.
  • Variabilitas Respons Individu: Efektivitas TENS dapat bervariasi secara signifikan antar individu. Beberapa pasien mungkin mengalami pengurangan nyeri yang signifikan, sementara yang lain mungkin hanya merasakan sedikit atau tidak ada manfaat.
  • Kontraindikasi: Terdapat beberapa kontrandikasi untuk penggunaan TENS, termasuk:
    • Penggunaan alat pacu jantung atau alat implan elektronik lainnya: Stimulasi listrik dapat mengganggu fungsi perangkat ini.
    • Kehamilan (terutama di area perut dan punggung bawah): Meskipun penelitian terbatas menunjukkan risiko, kehati-hatian tetap disarankan.
    • Epilepsi: Stimulasi listrik dapat memicu kejang pada individu dengan epilepsi yang tidak terkontrol.
    • Trombosis vena dalam (DVT) aktif atau tromboflebitis: Stimulasi dapat berpotensi menyebabkan emboli.
    • Area dengan infeksi aktif atau lesi kulit: Stimulasi dapat memperburuk kondisi ini.
    • Area di atas atau di dekat sinus karotis: Stimulasi di area ini dapat menyebabkan perubahan detak jantung dan tekanan darah.
  • Potensi Iritasi Kulit: Meskipun jarang, beberapa individu mungkin mengalami iritasi kulit, kemerahan, atau gatal di tempat penempelan elektroda. Penggunaan elektroda yang hipoalergenik dan rotasi lokasi penempelan dapat membantu mengurangi risiko ini.
  • Ketergantungan Psikologis: Ada potensi bagi beberapa pasien untuk menjadi terlalu bergantung pada TENS untuk manajemen nyeri mereka, yang dapat menghambat partisipasi aktif dalam program rehabilitasi.
  • Kurangnya Bukti Kuat untuk Beberapa Kondisi: Meskipun TENS banyak digunakan, bukti ilmiah yang mendukung efektivitasnya untuk semua kondisi nyeri tidak selalu kuat dan konsisten. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan indikasi yang paling tepat dan parameter stimulasi yang optimal.

Pertimbangan Klinis Khusus untuk Kondisi Tertentu:
  • Nyeri Neuropatik: TENS dapat menjadi pilihan yang berguna untuk nyeri neuropatik, tetapi parameter stimulasi yang berbeda (misalnya, frekuensi tinggi vs. frekuensi rendah) mungkin lebih efektif untuk subtipe nyeri neuropatik yang berbeda.
  • Nyeri Kronis: Dalam manajemen nyeri kronis, TENS sering digunakan sebagai bagian dari pendekatan multimodal yang mencakup latihan, terapi kognitif perilaku, dan modalitas lain. Pendidikan pasien tentang penggunaan TENS yang tepat dan harapan yang realistis sangat penting.
  • Nyeri Muskuloskeletal Akut: TENS dapat membantu mengurangi nyeri dan spasme otot pada kondisi akut seperti keseleo dan ketegangan, memungkinkan pasien untuk bergerak lebih nyaman dan memulai rehabilitasi lebih awal.
  • Osteoarthritis: TENS dapat memberikan pereda nyeri sementara pada pasien dengan osteoarthritis, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi lebih aktif dalam latihan penguatan dan rentang gerak.
  • Fibromyalgia: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa TENS dapat membantu mengurangi nyeri dan kelelahan pada pasien dengan fibromyalgia, meskipun respons individu sangat bervariasi.

Kesimpulan

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah modalitas elektroterapi yang berharga dalam fisioterapi untuk manajemen nyeri dan kondisi neuromuskuloskeletal. Mekanisme kerjanya melibatkan modulasi nyeri melalui teori gerbang nyeri dan pelepasan opioid endogen. TENS menawarkan berbagai manfaat, termasuk sifatnya yang non-invasif, keamanan relatif, dan potensi untuk digunakan di rumah. Namun, penting untuk mempertimbangkan kontraindikasi dan potensi keterbatasan TENS. Pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip fisik yang mendasari TENS dan implikasi klinisnya sangat penting untuk aplikasi yang efektif dan aman dalam praktik fisioterapi. 
Penggunaan TENS harus selalu didasarkan pada penilaian klinis yang menyeluruh dan diintegrasikan ke dalam rencana perawatan yang komprehensif untuk mencapai hasil terapi yang optimal.

Referensi :
  1. Sluka, K. A., & Walsh, D. (2003). Transcutaneous electrical nerve stimulation: basic science and clinical evidence. The Journal of Pain, 4(3), 109-121.
  2. Vance, C. G. T., Dailey, D. L., Rakel, B. A., & Sluka, K. A. (2014). Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) in the management of chronic pain. Pain and Therapy, 3(2), 123-141.
  3. Johnson, M. I. (2014). Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS): research to support clinical practice. Oxford University Press.
  4. Claydon, L. S., Chesterton, L. S., & Herbison, G. P. (2011). Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) for chronic pain. Cochrane Database of Systematic Reviews, (9), CD003222.
  5. Osiri, M., Welch, V., Brosseau, L., Shea, B., Taki, M., Wells, G. A., & Tugwell, P. (2000). Transcutaneous electrical nerve stimulation for knee osteoarthritis. Cochrane Database of Systematic Reviews, (4), CD002823.
  6. Kalra, A., Urban, M. O., & Raja, S. N. (2016). Differential effects of low-versus high-frequency transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) on experimental hyperalgesia in humans. Pain, 157(10), 2269-2278.
  7. Woolf, C. J. (2011). Central sensitization: implications for the diagnosis and treatment of chronic pain. Pain, 152(3 Suppl), S2-S15.
  8. Melzack, R., & Wall, P. D. (1965). Pain mechanisms: a new theory. Science, 150(3699), 971-979.
  9. Andersson, S. A., & Lundeberg, T. (1995). Acupuncture-from empiricism to science: functional neuroanatomy of acupuncture effects in pain and sensory modulation. Medical Hypotheses, 45(3), 271-281.
  10. Han, J. S. (2004). Acupuncture and endorphins. Neuroscience Letters, 361(1-3), 258-261.