Thursday, May 22, 2025

Terapi Diatermi dalam Fisioterapi: Mekanisme Kerja, Manfaat, dan Pertimbangan Klinis

Diatermi, yang secara harfiah berarti "pemanasan melalui," merupakan modalitas terapi fisik yang menggunakan energi elektromagnetik frekuensi tinggi untuk menghasilkan panas terapeutik di dalam jaringan tubuh. 

Tulisan ini akan menguraikan mekanisme kerja berbagai jenis diatermi, manfaatnya dalam konteks fisioterapi, serta potensi kontraindikasi dan efek samping yang perlu dipertimbangkan.

Mekanisme Kerja Terapi Diatermi

Panas terapeutik yang dihasilkan oleh diatermi berbeda dengan pemanasan superfisial seperti hot pack atau infrared lamp. Diatermi mampu menembus jaringan yang lebih dalam, mencapai otot, tendon, ligamen, dan bahkan struktur tulang. 

Efek pemanasan ini dicapai melalui konversi energi elektromagnetik menjadi energi termal di dalam tubuh. 

Terdapat tiga jenis utama diatermi yang umum digunakan dalam praktik klinis, masing-masing dengan mekanisme kerja yang sedikit berbeda:
  1. Diatermi Gelombang Pendek (Shortwave Diathermy - SWD): SWD menggunakan arus bolak-balik frekuensi tinggi (biasanya antara 10 hingga 100 MHz) dan panjang gelombang pendek (sekitar 3 hingga 30 meter). Energi elektromagnetik ini dapat diaplikasikan melalui dua metode utama:
    1. Metode Kondensator (Capacitive Method): Dua elektroda ditempatkan pada permukaan kulit di sekitar area yang akan diobati. Jaringan tubuh di antara elektroda bertindak sebagai bagian dari rangkaian kapasitor. Arus bolak-balik menyebabkan ion-ion dalam jaringan bergerak bolak-balik dengan cepat, menghasilkan panas karena resistansi jaringan terhadap pergerakan ion (pemanasan ionik). Metode ini cenderung menghasilkan pemanasan yang lebih besar pada jaringan dengan kandungan air dan elektrolit yang tinggi, seperti otot dan pembuluh darah, dan lebih superfisial dibandingkan metode induktif.
    2. Metode Induktif (Inductive Method): Sebuah koil kawat ditempatkan di dekat area yang akan diobati. Arus bolak-balik yang mengalir melalui koil menghasilkan medan magnetik osilasi. Medan magnetik ini menginduksi arus listrik (arus Eddy) di dalam jaringan tubuh. Arus Eddy ini kemudian menghasilkan panas karena resistansi jaringan (pemanasan Joule). Metode induktif cenderung menghasilkan pemanasan yang lebih dalam, terutama pada jaringan dengan konduktivitas listrik yang baik, seperti otot dan jaringan vaskular.
  2. Diatermi Gelombang Mikro (Microwave Diathermy - MWD): MWD menggunakan radiasi elektromagnetik dengan frekuensi yang jauh lebih tinggi daripada SWD (biasanya antara 300 MHz hingga 30 GHz) dan panjang gelombang yang lebih pendek (sekitar 1 mm hingga 1 meter). Energi gelombang mikro dipancarkan melalui sebuah aplikator (antenna) dan diserap oleh jaringan tubuh, terutama oleh molekul air. Getaran molekul air akibat medan listrik osilasi menghasilkan panas. MWD cenderung menghasilkan pemanasan yang lebih superfisial dan terfokus dibandingkan SWD, dengan penetrasi yang bergantung pada frekuensi dan kandungan air jaringan. Jaringan dengan kandungan air tinggi, seperti otot dan cairan tubuh, akan menyerap lebih banyak energi gelombang mikro.
  3. Diatermi Ultrasound (Therapeutic Ultrasound): Meskipun secara teknis menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi (di luar jangkauan pendengaran manusia) dan bukan gelombang elektromagnetik, ultrasound sering dikategorikan sebagai bentuk diatermi karena menghasilkan panas di dalam jaringan. Energi mekanik dari gelombang suara menyebabkan getaran molekuler dan gesekan dalam jaringan, yang menghasilkan panas. Ultrasound dapat mencapai kedalaman jaringan yang signifikan dan memiliki efek non-termal selain pemanasan, seperti mikromassase dan kavitasi.

Tujuan Terapi Diatermi dalam Fisioterapi

Pemanasan terapeutik yang dihasilkan oleh diatermi memberikan berbagai efek fisiologis yang bermanfaat dalam penanganan berbagai kondisi muskuloskeletal dan jaringan lunak. Tujuan utama penggunaan diatermi dalam fisioterapi meliputi:
  • Pengurangan Nyeri: Peningkatan suhu jaringan dapat merangsang reseptor termal dan mengurangi sensitivitas nociceptor (reseptor nyeri). Selain itu, peningkatan aliran darah dapat membantu menghilangkan mediator inflamasi yang berkontribusi terhadap nyeri.
  • Relaksasi Otot: Panas dapat mengurangi ketegangan otot (spasme otot) dengan menurunkan aktivitas spindle otot dan meningkatkan ambang rangsang reseptor Golgi tendon. Relaksasi otot dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan rentang gerak.
  • Peningkatan Aliran Darah: Pemanasan jaringan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah, meningkatkan aliran darah ke area yang diobati. Peningkatan aliran darah membawa lebih banyak oksigen dan nutrisi ke jaringan, serta membantu menghilangkan produk sisa metabolisme. Hal ini penting untuk proses penyembuhan jaringan.
  • Peningkatan Rentang Gerak: Pemanasan jaringan ikat, seperti kolagen pada tendon dan ligamen, dapat meningkatkan elastisitas dan mengurangi kekakuan. Dikombinasikan dengan latihan terapeutik, diatermi dapat membantu memulihkan rentang gerak yang terbatas akibat cedera atau imobilisasi.
  • Peningkatan Proses Penyembuhan Jaringan: Peningkatan aliran darah dan metabolisme seluler akibat pemanasan dapat mempercepat proses penyembuhan jaringan lunak, termasuk otot, tendon, ligamen, dan kapsul sendi.
  • Pengurangan Peradangan Kronis: Meskipun diatermi menghasilkan panas, peningkatan aliran darah dan aktivitas metabolik dapat membantu membersihkan mediator inflamasi pada kondisi peradangan kronis. Namun, penggunaan pada peradangan akut umumnya dikontraindikasikan.

Manfaat Terapi Diatermi dalam Kondisi Tertentu

Berdasarkan mekanisme kerja dan tujuan terapinya, diatermi dapat memberikan manfaat signifikan dalam penanganan berbagai kondisi fisioterapi, termasuk:
  • Nyeri Muskuloskeletal: Diatermi efektif dalam mengurangi nyeri akibat ketegangan otot, spasme, nyeri punggung bawah kronis, osteoartritis, dan kondisi muskuloskeletal lainnya.
  • Cedera Jaringan Lunak: Diatermi dapat membantu mempercepat penyembuhan keseleo, terkilir, tendinitis, bursitis, dan cedera jaringan lunak lainnya.
  • Keterbatasan Rentang Gerak: Pemanasan jaringan ikat dengan diatermi dapat memfasilitasi peningkatan rentang gerak pada kondisi seperti kontraktur sendi, adhesi kapsuler, dan kekakuan pasca operasi.
  • Inflamasi Kronis: Pada kondisi inflamasi kronis seperti rheumatoid arthritis (dengan perhatian khusus pada fase non-akut), diatermi dapat membantu mengurangi nyeri dan kekakuan.
  • Persiapan untuk Latihan Terapeutik: Diatermi dapat digunakan sebagai modalitas pemanasan untuk mempersiapkan jaringan sebelum latihan terapeutik, meningkatkan fleksibilitas dan mengurangi risiko cedera.

Sisi Negatif dan Kontraindikasi Terapi Diatermi

Meskipun diatermi merupakan modalitas terapi yang aman dan efektif jika digunakan dengan benar, terdapat beberapa sisi negatif dan kontraindikasi yang perlu diperhatikan:
  • Risiko Luka Bakar: Pemanasan yang berlebihan dapat menyebabkan luka bakar, terutama jika dosis tidak tepat, aplikator tidak terpasang dengan baik, atau terdapat benda logam di area perawatan. Pasien dengan gangguan sensasi atau sirkulasi berisiko lebih tinggi.
  • Peningkatan Nyeri Akut: Pada kondisi peradangan akut, pemberian panas dari diatermi dapat memperparah peradangan dan meningkatkan nyeri.
  • Efek pada Jaringan dengan Kandungan Air Tinggi: Pada MWD, pemanasan yang berlebihan dapat terjadi pada jaringan dengan kandungan air tinggi, seperti mata dan organ dalam.
  • Interferensi dengan Alat Implan Elektronik: Diatermi, terutama SWD dan MWD, dapat mengganggu fungsi alat implan elektronik seperti pacemaker jantung, defibrillator, dan pompa insulin. Penggunaan diatermi pada pasien dengan alat implan ini merupakan kontraindikasi absolut.
  • Kehamilan: Penggunaan diatermi di area perut atau punggung bawah pada wanita hamil dikontraindikasikan karena potensi efek termal pada janin.
  • Malignansi: Diatermi tidak boleh digunakan pada area yang terdapat tumor ganas atau riwayat keganasan karena panas dapat meningkatkan pertumbuhan sel kanker.
  • Infeksi Aktif: Aplikasi diatermi pada area dengan infeksi aktif dapat memperburuk kondisi dan menyebarkan infeksi.
  • Gangguan Sensasi atau Sirkulasi: Pasien dengan gangguan sensasi (misalnya neuropati diabetik) mungkin tidak dapat merasakan panas berlebihan, meningkatkan risiko luka bakar. Gangguan sirkulasi dapat menghambat pembuangan panas, juga meningkatkan risiko luka bakar.
  • Benda Logam Implan: Keberadaan benda logam implan di area perawatan (misalnya total joint replacement) dapat menyebabkan pemanasan lokal yang berlebihan dan berpotensi merusak jaringan di sekitarnya. Meskipun beberapa benda logam kecil mungkin tidak menjadi kontraindikasi absolut, perlu kehati-hatian dan pemantauan ketat.
  • Area dengan Perdarahan Aktif atau Kecenderungan Perdarahan: Peningkatan aliran darah akibat diatermi dapat memperparah perdarahan.
  • Epiphyseal Plates pada Anak-anak dan Remaja: Pemanasan yang berlebihan pada epiphyseal plates (lempeng pertumbuhan tulang) dapat berpotensi mengganggu pertumbuhan tulang.

Kesimpulan

Terapi diatermi merupakan modalitas fisioterapi yang berharga dalam menghasilkan panas terapeutik yang dalam dan memberikan berbagai manfaat fisiologis, termasuk pengurangan nyeri, relaksasi otot, peningkatan aliran darah, peningkatan rentang gerak, dan dukungan penyembuhan jaringan. Pemilihan jenis diatermi (SWD, MWD, atau ultrasound) dan parameter aplikasi harus didasarkan pada kondisi spesifik pasien, tujuan terapi, dan pemahaman yang mendalam tentang mekanisme kerja serta potensi risiko dan kontraindikasi. 

Referensi :
  1. Cameron, M. H. (2018). Physical Agents: Theory and Practice (5th ed.). F.A. Davis Company.
  2. Kisner, C., & Colby, L. A. (2012). Therapeutic Exercise: Foundations and Techniques (6th ed.). F.A. Davis Company.
  3. Robertson, V. J., Ward, A. R., Low, J. L., & Reed, A. (2006). Electrotherapy Explained: Principles and Practice (4th ed.). Butterworth Heinemann Elsevier.
  4. Bellew, B., Michlovitz, S. L., Nolan, T. P., & Provance, P. G. (2012). Therapeutic Modalities: The Art and Science. F.A. Davis Company.
  5. Draper, D. O., & Knight, K. L. (2014). Therapeutic Modalities: The Art and Science (4th ed.). Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins.