Fisioterapi memegang peranan krusial dalam rehabilitasi dan manajemen berbagai kondisi muskuloskeletal, neurologis, dan kardiopulmoner. Berbagai modalitas terapi fisik digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan seperti pengurangan nyeri, peningkatan rentang gerak, pengurangan peradangan, dan perbaikan fungsi jaringan. Salah satu modalitas yang seringkali dimanfaatkan adalah Phonophoresis.
Phonophoresis merupakan teknik non-invasif yang menggunakan energi ultrasonik untuk meningkatkan penetrasi transdermal obat-obatan topikal ke dalam jaringan yang lebih dalam. Prinsip kerjanya didasarkan pada kemampuan gelombang ultrasonik untuk memodifikasi permeabilitas kulit dan meningkatkan difusi obat melalui lapisan-lapisan jaringan. Modalitas ini menawarkan alternatif yang menarik untuk metode pemberian obat sistemik, terutama ketika target terapi terlokalisasi dan efek samping sistemik perlu diminimalkan.
Mekanisme Kerja Phonophoresis
Efek terapeutik Phonophoresis merupakan hasil sinergis antara efek termal dan non-termal dari energi ultrasonik dengan kemampuan ultrasonik untuk memfasilitasi penetrasi obat.
- Efek Ultrasonik pada Jaringan: Gelombang ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi di atas batas pendengaran manusia (biasanya antara 0.75 hingga 3 MHz untuk aplikasi terapeutik). Ketika gelombang ultrasonik berinteraksi dengan jaringan biologis, beberapa fenomena fisik terjadi:
- Penyerapan (Absorption): Jaringan yang berbeda memiliki koefisien penyerapan yang berbeda pula. Jaringan dengan kandungan kolagen tinggi (seperti tendon, ligamen, dan kapsul sendi) cenderung menyerap lebih banyak energi ultrasonik dibandingkan dengan jaringan dengan kandungan air tinggi (seperti otot dan cairan tubuh). Penyerapan energi ini menghasilkan peningkatan suhu lokal dalam jaringan.
- Pantulan (Reflection): Gelombang ultrasonik dapat dipantulkan pada batas antara jaringan dengan impedansi akustik yang berbeda (misalnya antara tulang dan jaringan lunak). Pemantulan yang berlebihan dapat menyebabkan pemanasan yang tidak diinginkan pada periosteum.
- Refraksi (Refraction): Perubahan kecepatan gelombang ultrasonik saat melewati media yang berbeda dapat menyebabkan pembelokan arah gelombang.
- Kavitasi (Cavitation): Fenomena ini melibatkan pembentukan dan osilasi gelembung-gelembung gas mikroskopis dalam cairan jaringan akibat perubahan tekanan yang cepat yang dihasilkan oleh gelombang ultrasonik. Terdapat dua jenis kavitasi:
- Kavitasi Stabil: Gelembung-gelembung berosilasi tanpa pecah, menghasilkan mikromassase dan meningkatkan difusi cairan dan ion melalui membran sel.
- Kavitasi Tidak Stabil (Transient Cavitation): Gelembung-gelembung tumbuh dengan cepat dan kemudian pecah, melepaskan energi yang dapat merusak jaringan. Penggunaan parameter ultrasonik yang tepat (intensitas dan frekuensi) sangat penting untuk menghindari kavitasi yang tidak stabil.
- Aliran Akustik (Acoustic Streaming): Gelombang ultrasonik dapat menghasilkan aliran cairan mikroskopis di sekitar struktur sel. Aliran ini dapat mempengaruhi aktivitas seluler dan meningkatkan permeabilitas membran.
- Peningkatan Penetrasi Obat Transdermal: Mekanisme utama di balik peningkatan penetrasi obat oleh ultrasonik melibatkan beberapa faktor:
- Efek Termal: Peningkatan suhu lokal yang dihasilkan oleh penyerapan energi ultrasonik dapat meningkatkan kinetika molekul obat dan meningkatkan difusinya melalui kulit dan jaringan di bawahnya. Peningkatan suhu juga dapat meningkatkan aliran darah lokal, yang selanjutnya memfasilitasi penyerapan obat ke dalam sirkulasi sistemik (meskipun tujuan Phonophoresis adalah efek lokal).
- Efek Non-Termal (Kavitasi dan Aliran Akustik): Kavitasi stabil dan aliran akustik diyakini berperan penting dalam memodifikasi struktur lapisan stratum korneum (lapisan terluar kulit yang berfungsi sebagai barrier utama). Fenomena ini dapat mengganggu susunan lipid bilayer pada stratum korneum, menciptakan jalur penetrasi yang lebih mudah bagi molekul obat. Selain itu, peningkatan permeabilitas membran sel akibat efek non-termal dapat memfasilitasi transport obat melintasi membran sel ke dalam jaringan target.
- Peningkatan Permeabilitas Pembuluh Darah: Ultrasonik dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh darah lokal, yang dapat membantu dalam penyerapan obat yang telah menembus jaringan subkutan.
Hubungan Phonophoresis dengan Tujuan Terapi dalam Fisioterapi
Phonophoresis digunakan dalam fisioterapi untuk mengantarkan berbagai jenis obat topikal dengan tujuan mencapai efek terapeutik yang spesifik pada area yang ditargetkan. Beberapa tujuan terapi utama dalam fisioterapi dan bagaimana Phonophoresis dapat berkontribusi meliputi:
- Pengurangan Nyeri: Obat-obatan analgesik topikal seperti salisilat atau lidokain dapat diantarkan melalui Phonophoresis untuk memberikan peredaan nyeri lokal pada kondisi seperti tendinitis, bursitis, atau nyeri miofasial. Peningkatan penetrasi obat ke jaringan yang lebih dalam memungkinkan konsentrasi obat yang lebih tinggi pada sumber nyeri, berpotensi memberikan analgesia yang lebih efektif dibandingkan dengan aplikasi topikal sederhana.
- Pengurangan Peradangan: Obat-obatan anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) topikal seperti diklofenak atau ibuprofen sering digunakan dengan Phonophoresis untuk mengatasi peradangan pada kondisi seperti epikondilitis, osteoarthritis superfisial, atau keseleo dan terkilir ringan. Pengantaran obat langsung ke jaringan yang meradang dapat membantu mengurangi mediator inflamasi dan mempercepat proses penyembuhan tanpa efek samping sistemik yang signifikan yang terkait dengan NSAID oral.
- Pengurangan Spasme Otot: Beberapa penelitian menunjukkan potensi penggunaan Phonophoresis dengan obat-obatan relaksan otot topikal untuk mengurangi spasme otot lokal. Efek termal ultrasonik juga dapat berkontribusi pada relaksasi otot.
- Peningkatan Penyembuhan Jaringan Lunak: Meskipun mekanisme pastinya masih diteliti, beberapa studi menunjukkan bahwa Phonophoresis dengan obat-obatan seperti kortikosteroid topikal dapat membantu dalam manajemen kondisi jaringan lunak tertentu dan mempercepat penyembuhan dengan mengurangi peradangan kronis dan meningkatkan organisasi kolagen.
- Pengurangan Kalsifikasi Jaringan Lunak: Dalam beberapa kasus, Phonophoresis telah digunakan dengan agen-agen yang bertujuan untuk melarutkan atau mengurangi kalsifikasi jaringan lunak, meskipun efektivitasnya masih diperdebatkan dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
Manfaat Klinis Phonophoresis
Penggunaan Phonophoresis dalam praktik fisioterapi menawarkan beberapa potensi manfaat dibandingkan dengan metode pemberian obat lainnya:
- Pengiriman Obat Terlokalisasi: Phonophoresis memungkinkan pengiriman obat dengan konsentrasi yang lebih tinggi langsung ke area target, meminimalkan paparan sistemik dan mengurangi risiko efek samping yang terkait dengan obat oral atau injeksi.
- Non-Invasif dan Aman: Prosedur ini non-invasif dan umumnya dianggap aman jika dilakukan dengan parameter yang tepat dan dengan mempertimbangkan kontraindikasi. Pasien biasanya tidak merasakan sakit selama terapi.
- Potensi Peningkatan Efektivitas Obat Topikal: Ultrasonik secara signifikan meningkatkan penetrasi obat topikal, yang berpotensi menghasilkan efek terapeutik yang lebih besar dibandingkan dengan aplikasi topikal saja.
- Kombinasi Efek Terapeutik: Phonophoresis menggabungkan manfaat farmakologis dari obat yang diantarkan dengan efek fisiologis dari ultrasonik (seperti peningkatan aliran darah lokal dan relaksasi jaringan).
- Alternatif untuk Injeksi: Pada beberapa kondisi, Phonophoresis dapat menjadi alternatif yang kurang invasif dibandingkan dengan injeksi lokal, terutama untuk kondisi superfisial.
Sisi Negatif dan Pertimbangan Klinis Phonophoresis
Meskipun Phonophoresis umumnya aman, terdapat beberapa sisi negatif dan pertimbangan klinis yang perlu diperhatikan:
- Potensi Iritasi Kulit: Beberapa individu mungkin mengalami iritasi kulit lokal akibat gel perantara ultrasonik atau reaksi terhadap obat topikal yang digunakan. Penting untuk melakukan anamnesis yang cermat terkait riwayat alergi pasien.
- Efektivitas Tergantung pada Banyak Faktor: Efektivitas Phonophoresis dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk karakteristik obat (berat molekul, kelarutan), parameter ultrasonik (frekuensi, intensitas, siklus kerja), kondisi kulit pasien, dan ketebalan jaringan yang ditargetkan.
- Penetrasi Terbatas: Meskipun ultrasonik meningkatkan penetrasi, kedalaman penetrasi obat mungkin masih terbatas dibandingkan dengan pemberian sistemik atau injeksi langsung ke jaringan yang lebih dalam.
- Kurangnya Standardisasi Protokol: Protokol aplikasi Phonophoresis dapat bervariasi antar klinisi dan studi penelitian, yang dapat mempersulit perbandingan hasil dan pengembangan panduan klinis yang definitif.
- Kontraindikasi: Terdapat beberapa kontraindikasi untuk penggunaan Phonophoresis, termasuk:
- Area dengan gangguan sensasi.
- Area dengan sirkulasi yang buruk.
- Infeksi aktif atau penyakit kulit di area perawatan.
- Adanya implan logam di area perawatan (pemanasan dapat terjadi).
- Malignansi di area perawatan atau riwayat keganasan.
- Kehamilan (aplikasi di area perut atau punggung bawah).
- Epifisis tulang yang belum menutup pada anak-anak.
- Tromboflebitis aktif atau deep vein thrombosis (DVT).
- Penggunaan alat pacu jantung (pacemaker) atau implan elektronik lainnya (aplikasi di dekat alat).
- Bukti Klinis yang Bervariasi: Meskipun banyak penelitian menunjukkan potensi manfaat Phonophoresis, bukti klinis yang kuat dan konsisten untuk semua kondisi masih terbatas dan memerlukan penelitian lebih lanjut dengan metodologi yang ketat.
Kesimpulan
Phonophoresis merupakan modalitas terapi fisik yang menjanjikan untuk meningkatkan pengiriman obat topikal secara non-invasif ke jaringan yang lebih dalam dengan memanfaatkan energi ultrasonik. Mekanisme kerjanya melibatkan kombinasi efek termal dan non-termal ultrasonik yang memodifikasi permeabilitas kulit dan meningkatkan difusi obat. Dalam konteks fisioterapi, Phonophoresis dapat menjadi alat yang berharga untuk mengurangi nyeri, peradangan, spasme otot, dan berpotensi meningkatkan penyembuhan jaringan lunak dengan meminimalkan efek samping sistemik.
Meskipun demikian, penting bagi para fisioterapis untuk memahami sepenuhnya mekanisme kerja, manfaat, dan potensi sisi negatif Phonophoresis. Pemilihan pasien yang tepat, penggunaan parameter ultrasonik yang sesuai, dan pertimbangan kontraindikasi yang cermat sangat penting untuk memastikan keamanan dan efektivitas terapi. Penelitian lebih lanjut dengan desain yang kuat diperlukan untuk lebih memahami peran Phonophoresis dalam manajemen berbagai kondisi klinis dan untuk mengembangkan protokol aplikasi yang lebih terstandardisasi.
Referensi:
- Benson, H. A. E. (2005). Transdermal drug delivery: penetration enhancement strategies. Drug Delivery and Translational Research, 5(3), 206–212.
- Mitragotri, S., Anissimov, Y. G., & Blickenstaff, J. (2001). Ultrasound for transdermal drug delivery. Pharmaceutical Research, 18(9), 1207–1218.
- Puri, A., & Prausnitz, M. R. (2008). Mechanisms of transdermal drug delivery by ultrasound. Advanced Drug Delivery Reviews, 60(16), 1311–1319.
- Robertson, V. J., Baker, K. G., Norton, R. N., & Kramer, J. F. (2006). Therapeutic ultrasound: evidence-based practice. Churchill Livingstone/Elsevier.
- Sonis, S. T. (2010). Mucositis as a biological process: a new hypothesis for its development. Oral Oncology, 46(Suppl 1), S3–S7.
- te Nijenhuis, A. H., de Vries, J., & van den Broek, P. H. (2003). Iontophoresis and phonophoresis: a systematic review of randomised controlled trials. The Australian Journal of Physiotherapy, 49(2), 121–134.
- Williams, A. R. (1987). Ultrasound: biological effects and potential hazards. Ultrasonics, 25(1), 3–8.
- Young, S. R., Dyson, M., & Bolton, P. (1990). Effect of therapeutic ultrasound on the healing of full-thickness excisional wounds in pigs. Ultrasound in Medicine & Biology, 16(3), 261–268.